Pada permulaan sejarah ilmu ekonomi, perubahan jumlah uang selalu dikaitkan dengan perubahan tingkat harga. Para ahli ekonomi dari abad kedelapanbelas mengembangkan teori komprehensif yang pertama, dimana system perekonomian itu dianggap dapat dipisahkan menjadi bagian riel dan bagian moneter.
Sector riel: Dalam teori ini, alokasi sumberdaya ditentukan dalam sector riel perekonomian oleh permintaan dan penawaran. Alokasi ini tergantung pada harga-harga relative.
Sector moneter: menurut para ahli ekonomi terdahulu, tingkat harga ditentukan dalam sector moneter perekonomian. Kenaikan jumlah uang yang beredar mengakibatkan kenaikan pada semua harga-harga nominal. Tetapi secara ekuilibrium, kenaikan itu tidak akan mengubah harga-harga relatifnya. Oleh karena itu, kenaikan jumlah uang beredar tidak akan mengubah sector riel system perekonomian tersebut.
Jadi, dalam keadaan ekuilibrium, sector riel dan sector moneter dari system perekonomian itu dapat disimpulkan tidak saling berpengaruh. Doktrin bahwa jumlah uang mempengaruhi tingkat harga nominal, tetapi tidak berpengaruh pada sector riel dari system perekonomian, disebut sebagai doktrin kenetralan uang (neutrality of money).
UANG
Dalam ilmu ekonomi tradisional uang didefinisikan sebagai alat tukar yang diterima secara umum. Suatu alat tukar adalah benda apa saja yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Tetapi, uang sebenarnya berfungsi lebih daripada sekedar alat tukar.
SIFAT DASAR UANG
Inflasi merupakan fenomena moneter, dalam arti bhwa kenaikan tingkat harga umum samasaja dengan penurunan daya beli uang. Tetapi, apa sebenarnya uang itu? Barangkali, lebih banyak orang yang percaya terhadap cerita-cerita uang daripada percaya terhadap aspek ekonomi lainnya.
FUNGSI UANG
1. sebagai alat tukar (Medium of Exchange)
Agar dapat digunakan sebagai alat tukar yang efisien, uang harus memiliki sejumlah ciri-ciri yang khas. Uang harus dapat diterima tanpa ada sesuatu keragu-raguan atau keengganan, harus memiliki nilai yang relative tinggi terhadap beratnya (jika tidak uang itu akan menjadi beban kalau dibawa kemana-mana), harus dapat dipecah-pecah, karena uang yang hanya terdapat dalam denominasi besar tidak akan berguna untuk transaksi yang hanya bernilai kecil, dan tidak dapat dipalsukan dengan mudah, karena jika uang itu dengan mudah dapat dipalsukan orang, maka nilainya akan hilag.
2. Sebagai alat penyimpanan nilai (store of value)
Uang merupakan cara yang baik sekali untuk menyimpan daya beli. Akan tetapi, untuk menjadi alat penyimpanan nilai yang aman, uang harus mempunyai nilai yang relative stabil. Jika tingkat harga stabil, dayabeli dari sejumlah uang tertentu juga akan stabil. Tidak demikian halnya jika tingkat harga berubah. Prubahan semacam itu akan mengurangi kegunaan uang sebagai alat penyimpanan uang.
3. Sebagai satuan unit hitung (unit of account)
Uang juga bisa digunakan untuk tujuan penghitungan tanpa memerlukan kehadirannya sendiri secara phisik. Misalnya, sebuah took pemerintah disebuah Negara sosialis bisa saja mengatakan bahwa setiap orang memiliki sekian banyak “rubel” untuk digunakan setiap bulannya. Kemudian barang-baran dapat diberi harga dan setiap pembelian oleh konsumen dicatat, hingga jumlah “rubel” yang dialokasikan itu habis terpakai. Disini rubel tersebut tidak diperlukan kehadirannya selain sebagai catatan saja dalam pembukuan toko tadi, namun uang tersebut dapat dipergunakan sebagai satuan hitung yang benar-benar memuaskan.
Apakah uang itu juga bisa berfungsi sebagai alat tukar diantara masing-masing individu, tergantung pda apakah toko itu bersedia untuk memindahkan jatah rubel tersebut dari seseorang ke orang lainnya. Bank akan memindahkan uang yang dikreditkan pada rekening giro dengan cara demikian, sehingga rekenimg giro dapat berfungsi, baik sebagai satuan unit hitung maupun sebagai alat tukar.
Sebagai standar pembayaran yang ditangguhkan (standard deferred payment)
Pembayaran yang dilakukan dimasa yang akan datang, atas rekening hutang dan sebagainya, diperhitungkan dalam satuan uang. Uang digunakan sebagai satuan unit hitung dengan penambahan dimensi waktu karena perhitungannya akan dilakukan dikemudian hari.
PENGGOLONGAN UANG
Uang dapat digolongkan atas dasar-dasar berikut:
(1) ciri fisik materi yang digunakan membuat uang.
(2) sifat dari badan yang mengeluarkannya.
(3) hubungan antara nilai uang sebagai uang dan nilai uang sebagai komoditi.
Kita akan menggunakan semua penggolonan ini, namun akan lebih tepat untuk memulainya dengan yang ketiga.
Dan ini adalah jenis-jenisnya: Uang Bernilai Penuh (Full Bodied Money)
Uang bernilai penuh adalah uang yang nilainya sebagai suatu komoditi untuk keperluan non-moneter sama dengan nilainya sebagai uang. Sebagian besar uang komoditi dahulu, seperti ternak, padi, wol, dan perahu, sama berharganya untuk keperluan non-moneter dan keperluan moneter. Uang penuh yang utama dalam system moneter modern adalah mata uang logam yang dibuat dari logam standar bila suatu Negara menganut standar logam: standar emas, standar perak, atau standar kembar (bimetallic standard) yang menggunakan standar emas dan perak.
Uang Penuh yang Representatif
Uang bernilai penuh yang representative, yang biasanya terbuat dari kertas, sebenarnya merupakan peredaran resi penyimpanan mata uang logam bernilai penuh atau ekivalennya dalam bentuk batangan emas atau perak. Uangnya sendiri tidak mempunyai nilai yang berarti sebagai suatu komoditi, akan tetapi mewakili peredaran sejumlah logan dengan nilai komoditi yang sama dengan nilai uangnya.
Uang Kredit (Credit Money)
Yang dimaksud dengan uang kredit atau uang hutang adalah semua uang kecuali uang penuh yang representative, yang beredar dengan nilai yang lebih besar disbanding nilai komoditi material yang dipakai untuk membuatnya. Dalam beberapa hal, nilai pasar dari material tersebut tidaklah mempunyai arti penting, seperti halnya sebagian besar uang kertas. Dalam hal lain, seperi mata uang tembaga, nilai pasar dari materialnya mungkin besar, akan tetapi masih berada dibawah nilai uangnya.
Sector riel: Dalam teori ini, alokasi sumberdaya ditentukan dalam sector riel perekonomian oleh permintaan dan penawaran. Alokasi ini tergantung pada harga-harga relative.
Sector moneter: menurut para ahli ekonomi terdahulu, tingkat harga ditentukan dalam sector moneter perekonomian. Kenaikan jumlah uang yang beredar mengakibatkan kenaikan pada semua harga-harga nominal. Tetapi secara ekuilibrium, kenaikan itu tidak akan mengubah harga-harga relatifnya. Oleh karena itu, kenaikan jumlah uang beredar tidak akan mengubah sector riel system perekonomian tersebut.
Jadi, dalam keadaan ekuilibrium, sector riel dan sector moneter dari system perekonomian itu dapat disimpulkan tidak saling berpengaruh. Doktrin bahwa jumlah uang mempengaruhi tingkat harga nominal, tetapi tidak berpengaruh pada sector riel dari system perekonomian, disebut sebagai doktrin kenetralan uang (neutrality of money).
UANG
Dalam ilmu ekonomi tradisional uang didefinisikan sebagai alat tukar yang diterima secara umum. Suatu alat tukar adalah benda apa saja yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Tetapi, uang sebenarnya berfungsi lebih daripada sekedar alat tukar.
SIFAT DASAR UANG
Inflasi merupakan fenomena moneter, dalam arti bhwa kenaikan tingkat harga umum samasaja dengan penurunan daya beli uang. Tetapi, apa sebenarnya uang itu? Barangkali, lebih banyak orang yang percaya terhadap cerita-cerita uang daripada percaya terhadap aspek ekonomi lainnya.
FUNGSI UANG
1. sebagai alat tukar (Medium of Exchange)
Agar dapat digunakan sebagai alat tukar yang efisien, uang harus memiliki sejumlah ciri-ciri yang khas. Uang harus dapat diterima tanpa ada sesuatu keragu-raguan atau keengganan, harus memiliki nilai yang relative tinggi terhadap beratnya (jika tidak uang itu akan menjadi beban kalau dibawa kemana-mana), harus dapat dipecah-pecah, karena uang yang hanya terdapat dalam denominasi besar tidak akan berguna untuk transaksi yang hanya bernilai kecil, dan tidak dapat dipalsukan dengan mudah, karena jika uang itu dengan mudah dapat dipalsukan orang, maka nilainya akan hilag.
2. Sebagai alat penyimpanan nilai (store of value)
Uang merupakan cara yang baik sekali untuk menyimpan daya beli. Akan tetapi, untuk menjadi alat penyimpanan nilai yang aman, uang harus mempunyai nilai yang relative stabil. Jika tingkat harga stabil, dayabeli dari sejumlah uang tertentu juga akan stabil. Tidak demikian halnya jika tingkat harga berubah. Prubahan semacam itu akan mengurangi kegunaan uang sebagai alat penyimpanan uang.
3. Sebagai satuan unit hitung (unit of account)
Uang juga bisa digunakan untuk tujuan penghitungan tanpa memerlukan kehadirannya sendiri secara phisik. Misalnya, sebuah took pemerintah disebuah Negara sosialis bisa saja mengatakan bahwa setiap orang memiliki sekian banyak “rubel” untuk digunakan setiap bulannya. Kemudian barang-baran dapat diberi harga dan setiap pembelian oleh konsumen dicatat, hingga jumlah “rubel” yang dialokasikan itu habis terpakai. Disini rubel tersebut tidak diperlukan kehadirannya selain sebagai catatan saja dalam pembukuan toko tadi, namun uang tersebut dapat dipergunakan sebagai satuan hitung yang benar-benar memuaskan.
Apakah uang itu juga bisa berfungsi sebagai alat tukar diantara masing-masing individu, tergantung pda apakah toko itu bersedia untuk memindahkan jatah rubel tersebut dari seseorang ke orang lainnya. Bank akan memindahkan uang yang dikreditkan pada rekening giro dengan cara demikian, sehingga rekenimg giro dapat berfungsi, baik sebagai satuan unit hitung maupun sebagai alat tukar.
Sebagai standar pembayaran yang ditangguhkan (standard deferred payment)
Pembayaran yang dilakukan dimasa yang akan datang, atas rekening hutang dan sebagainya, diperhitungkan dalam satuan uang. Uang digunakan sebagai satuan unit hitung dengan penambahan dimensi waktu karena perhitungannya akan dilakukan dikemudian hari.
PENGGOLONGAN UANG
Uang dapat digolongkan atas dasar-dasar berikut:
(1) ciri fisik materi yang digunakan membuat uang.
(2) sifat dari badan yang mengeluarkannya.
(3) hubungan antara nilai uang sebagai uang dan nilai uang sebagai komoditi.
Kita akan menggunakan semua penggolonan ini, namun akan lebih tepat untuk memulainya dengan yang ketiga.
Dan ini adalah jenis-jenisnya: Uang Bernilai Penuh (Full Bodied Money)
Uang bernilai penuh adalah uang yang nilainya sebagai suatu komoditi untuk keperluan non-moneter sama dengan nilainya sebagai uang. Sebagian besar uang komoditi dahulu, seperti ternak, padi, wol, dan perahu, sama berharganya untuk keperluan non-moneter dan keperluan moneter. Uang penuh yang utama dalam system moneter modern adalah mata uang logam yang dibuat dari logam standar bila suatu Negara menganut standar logam: standar emas, standar perak, atau standar kembar (bimetallic standard) yang menggunakan standar emas dan perak.
Uang Penuh yang Representatif
Uang bernilai penuh yang representative, yang biasanya terbuat dari kertas, sebenarnya merupakan peredaran resi penyimpanan mata uang logam bernilai penuh atau ekivalennya dalam bentuk batangan emas atau perak. Uangnya sendiri tidak mempunyai nilai yang berarti sebagai suatu komoditi, akan tetapi mewakili peredaran sejumlah logan dengan nilai komoditi yang sama dengan nilai uangnya.
Uang Kredit (Credit Money)
Yang dimaksud dengan uang kredit atau uang hutang adalah semua uang kecuali uang penuh yang representative, yang beredar dengan nilai yang lebih besar disbanding nilai komoditi material yang dipakai untuk membuatnya. Dalam beberapa hal, nilai pasar dari material tersebut tidaklah mempunyai arti penting, seperti halnya sebagian besar uang kertas. Dalam hal lain, seperi mata uang tembaga, nilai pasar dari materialnya mungkin besar, akan tetapi masih berada dibawah nilai uangnya.
mantap
ReplyDeleteom, tolong mengupas tentang teori moneter baru (modern money theory) ya... makasih ya
ReplyDelete